PEKALONGAN, jatengnetwork.com - Indonesia merupakan negara multikultural, terbukti di setiap daerah memiliki kebudayaan yang menjadi kebanggaan dan ciri khas bagi daerah masing-masing.
Kebudayaan tersebut dapat berupa kesenian maupun ritual tradisional yang merupakan tradisi turun-temurun dari nenek moyang yang tetap dijaga, dilaksanakan, dan dilestarikan oleh masyarakatnya.
Salah satu ritual tradisional yang masih dilestarikan oleh masyarakat dan menjadi kebudayaan setempat adalah ritual tradisional Brendung Desa Domiyang Kecamatan Paninggaran Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah.
Namun faktanya lirik tembang Brendung belum ditulis baik dalam bentuk tulisan tangan, ketikan, atau diunggah di media digital. Selama ini, hanya ditularkan melalui lisan saja.
Baca Juga: Film ‘Dear David’ Tuai Pro Kontra Masyarakat, Apa Penyebabnya?
“Iya, belum diabadikan. Cuman diingat-ingat saja” ujar Pak Ari sewaktu diwawancara pada Senin, 9 Januari 2023.
Oleh karena itu, penulisan perlu dilakukan agar tidak hilang tergerus zaman dan sebagai upaya penyelamatan naskah kebudayaan. Selain itu, digitalisasi juga merupakan upaya pelestarian kebudayaan dengan memanfaatkan teknologi digital.
Melihat permasalahan tersebut mahasiswa KKN Tim 1 Undip yaitu Rahmah Maulida (21) yang merupakan mahasiswa program studi Sastra Indonesia memiliki inisiatif untuk mengabadikan lirik tembang Brendung tersebut.
Kegiatan transkrip naskah dilakukan dengan mewawancarai beberapa pelaku ritual tradisional Brendung, seperti Pak Ari yang merupakan pembina Brendung, Ibu Kholifa dan Ibu Liswati yang merupakan pemain Brendung.
Baca Juga: Cek Rekomendasi Saham Hari Ini 13 Februari 2023 BRIS, EXCL, dan ESSA dari Ajaib Sekuritas
Selain menggali informasi lewat wawancara, informasi mengenai tembang Brendung juga didapat dengan meminta Ibu Kholifa untuk menyanyikan tembang Brendung, kemudian direkam dan setelahnya dilakukan proses transkrip dari lisan ke bentuk tulisan.
Selanjutnya, lirik Brendung diunggah di situs website profil Desa Domiyang sebagai ritual tradisional yang dimiliki Desa Domiyang. Untuk informasi lebih lengkap dapat kunjungi website www.domiyang.com
Dengan digitalisasi naskah diharapkan ritual tradisional tetap eksis di era modern seperti sekarang ini. Selain itu, digitalisasi dilakukan sebagai upaya pelestarian naskah asli agar dapat bertahan selama mungkin.
Sehingga, kebudayaan tradisional akan tetap hidup sebagai identitas daerah dan dapat diteruskan oleh generasi selanjutnya.***
Artikel Terkait
Usai Monodisiplin, Tim KKN Undip Desa Juwiran Praktikkan Program Multidisiplin
Kampanyekan PHBS, Tim KKN Undip Sasar SMPN 1 Pecalungan Batang
Tingkatkan Literasi Anak Dusun Telahap, Mahasiswa KKN Undip Bangun Pojok Baca
Optimalkan Situs Web Desa, Tim KKN Universitas Diponegoro Optimis Jadikan Bendosari sebagai Desa Digital
Implementasikan Biopori, Tim KKN UNDIP Tingkatkan Nilai Kesuburan di Desa Mulur
Turut Cegah Stunting, Tim KKN UNDIP Edukasi Masyarakat Desa Mertan Perihal Urgensi Sanitasi
Kreatif! Mahasiswa KKN Undip Kreasikan PMT Balita ala Bento. Bikin si Kecil Makin Lahap Bun…
Mantul! Mahasiswa KKN Undip Kenalkan Onigiri sebagai Potensi UMKM Baru Desa Pundungan
Tonjolkan Potensi Desa Ketos, Mahasiswa KKN Undip Buat Website Profil Desa
Wujudkan Zero Stunting di Desa Ketos, Mahasiswa KKN Undip